Rabu, 26 Maret 2014

Allah Pencipta dan Pemelihara Ciptaan



Allah Pencipta dan Pemelihara Ciptaan
I.       Pendahuluan
            Dalam Perjanjian Lama terkusus kitab kejadian hal yang pertama sekali kita temui dan dapatkan adalah mengenai penciptaan. Dimana dalam penciptaan tersebut, Allah melakukan-Nya dengan sungguh baik hasilnya, namun ini tidak terlepas dengan yang namanya pemeliharaan. Allah juga adalah pemelihara,. Untuk lebih jelasnya mengenai bagaimana uraian dari Allah pencipta dan pemelihara ciptaan ini, maka saya akan mencoba memaparkannya. Semoga paper ini dapat menambah wawasan kita semua.
II.    Pembahasan
2.1. Pengertian Penciptaan
        Kata penciptaan berasal dari kata kerja “cipta”, yang merupakan pemahaman kepercayaan tentang Allah sebagai pencipta alam semesta yang kompleks dan juga tertata rapi, termasuk juga sebagai penjaga kelangsungan dunia ciptaan sampai sekarang yang menopang dengan firman-Nya.[1]

2.2. Allah sebagai Pencipta
        Teologi penciptaan adalah kepercayaan tentang Allah sebagai pencipta alam semesta yang juga sebagai penjaga kelangsungan dunia ciptaan sampai sekarang, “menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan” (Ibr.1:3). Selama berabad-abad orang kristen menerima penciptaan yang dicatat dalam Alkitab sebagai karya Yang Mahakuasa dalam ruang dan waktu, sesuatu yang benar-benar terjadi dalam kenyataan. Sampai hari ini umat Kristen mengikrarkan pengakuan iman dalam ibadah bersama, “Aku percaya kepada Allah Bapa, Pencipta langit dan bumi.” Pengakuan iman ini mengasumsikan dunia ciptaan sebagai buah karya Allah yang transenden yaitu sumber kehidupan.
         Ruang lingkup penggunaan kata kerja בׇּרׇא (bara) sangat terbatas . Hal ini digunakan secara eksklusif untuk menunjukkan penciptaan ilahi dan sering muncul terutama dalam bentuk Qal בׇּרַא (bara) dalam PL (38 kali) ,dan kurang sering pada niphal נׅבׇּרׇא      (10 kali ) . Sebagai istilah teologis khusus, בׇּרׇא (bara) digunakan untuk menyatakan dengan jelas kemampuan dari karya kreatif Allah berbeda dengan semua produk sekunder dan persamaan terbuat dari bahan yang sudah ada oleh manusia .
Kata kerja dari “menciptakan” pada umumnya dipakai untuk menunjukkan adanya hubungan Allah dengan manusia. Akan tetapi hanya satu kata kerja yang menggunakan Allah itu sebagai subjek yaitu בׇּרׇא (bara) yang berarti disini membuat sesuatu yang baru, yang belum pernah ada. Kata kerja בׇּרׇא (bara) memiliki peran yang sangat penting, yang terutama yang diciptakan adalah langit dan bumi (Kej.1:11;2:4), mengenai manusia (kej.1:27;5:1-2), dan mengenai Israel (Mzm.102:19; Yes.43:1,5).[2]
Dalam hal ini dapat kita lihat ada tiga makna teologis dari penciptaan ini yaitu:
Ø  Demonstrasi Kuasa Tuhan
Penciptaan langit dan bumi adalah tindakan dari Yang MahaKuasa melalui firman-Nya (Kej.1:1-2:3), dalam menegaskan kuasa Tuhan atas dunia ciptaan, firman menjadi sarana pewahyuan diri Sang Pencipta. Allah berdaulat dan mengontrol dunia ciptaan dan karena itu, sering digambarkan sebagai raja (bnd.Mzm.93:95-99).
Ø  Kemenangan atau Khaos
Penciptaan langit dan bumi adalah bukti kemenangan Tuhan melawan kuasa-kuasa kekacauan dan kekuatan-kekuatan yang potensial membuat kekacauan. Penciptaan dirayakan dalam ibadah Israel sebagai refleksi atau iman Israel, bahwa kelangsungan hidup dunia ciptaan dipertahankan berkat pemeliharaan dan pengawasan Allah berhadapan kekuatan-kekuatan lain yang selalu siap menghancurkan. Bagi Israel keyakinan bahwa Allah sebagai pencipta yang menopang seluruh dunia ciptaan bukan pilihan filosofis atau asumsi yang diterima begitu saja, melainkan sebuah keyakinan eksistensial yang mendasari kehidupan. Tanpa tindakan penciptaan tidak akan ada kehidupan seperti saat ini.
Ø  Dunia yang baik
Tuhan menciptakan dunia yang baik ( טוב tov) dan diberkati. Dunia dan segala isinya yang baik yang telah diciptakan Tuhan itu baik dan diberkati (Kej.1:22). Dalam hal ini manusia bertanggung jawab untuk dunia apakah itu menjadi lebih baik atau lebih buruk.
Dalam kitab kejadian terdapat dua macam cerita mengenai penciptaan yang dilakukan Allah. Kedua cerita itu tidak membicarakan penciptaan dari ketiadaan (creatio ex nihilo). Dalam kitab suci terungkaplah keyakinan iman bahwa segala sesuatu, sejauh baik dan benar yang sifatnya berasal dari Allah. Kesaksian Alkitab dalam kej.1 dan 2 itu dimaksudkan sebagai semacam “prakata” dari sejarah perjanjian, yaitu sejarah yang memuat cerita tentang tindakan Allah dengan Israel. Dengan kesaksiannya bahwa Allah telah menciptakan langit dan bumi, umat Israel ingin menyatakan:
1. Langit dan bumi beserta segala isinya tidak bersifat ilahi, sehingga tidak boleh kita sembah sebagai Allah, sebab semuanya hanya merupakan makhluk ciptaan semata-mata.
2. Allah pencipta adalah Allah perjanjian yang kita kenal yaitu Allah yang kasih-Nya begitu besar sehingga Ia menghubungkan diri-Nya dengan kita manusia yang berdosa sebaga partner-Nya dalam perjanjian yang diikat-Nya dengan kita. Oleh karena itu, kita tidak perlu takut terhadap hidup dan masa depan kita. Sebagaimana Allah telh memimpin Israel ke tanah perjanjian, sama halnya Ia akan memimpin dan menolong kita dalam hidup dan perjuangan kita didalam dunia ini.[3]
           Sekalipun doktrin penciptaan dalam Perjanjian Lama tidak selalu dibuat jelas, ada beberapa petunjuk yang menjelaskan bahwa Allah lah yang pertama sekali menikmati keindahan penciptaan, sewaktu Ia menyatakannya sungguh amat baik (Kej.1:31). Dalam Perjanjian Lama, ciptaan tidak hanya digambarkan sebagai baik, tetapi juga diperintahkan khusus untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah direncanakan oleh Allah. Meskipun ciptaan tersebut mempunyai sifat-sifatnya tersendiri, Allah berniat agar tujuan-Nya tercapai didalamnya yaitu yang utama untuk menyatakan kemuliaan-Nya (Yes.6:3; Mzm.19). sejak awal (Kej.1:26-30), ciptaan menunjukkan hubungan timbal balik yang saling menguntungkan. Manusia dan ciptaan-Nya berkerjasama untuk menyelesaikan maksud baik dari Allah.[4]

2.3. Pengertian Pemelihara
           Istilah dari kata pemelihara atau yang terdapat dalam bahasa latin yaitu providentia yang artinya disitu adalah “mengetahui lebih dahulu” dan juga bertindak secara bijaksana yaitu membuat persiapan untuk sebelum menghadapi masa depan.[5] Sedangkan dalam bahasa Inggris ini disebut dengan “Providence”, yang diterjemahkan sebagai pemeliharaan, artinya disini adalah melihat atau mengetahui sebelumnya yang kemudian kata ini diartikan sebagai menyediakan untuk masa depan.[6] Dan dalam bahasa Indonesia kata pemeliharaan berasal dari kata dasar “pelihara” yang berarti menjaga atau merawat dengan baik yang mengusahakan dan melindungi. Jadi pemelihara berkenaan dengan pngertian dari kata sifat pemeliharaan yang merupakan suatu perbuatan dalam hal memelihara, menjaga serta merawat.[7]

2.4. Allah Pemelihara Ciptaan
           Dari setiap istilah kata pemelihara diatas dapat kita lihat bahwa adanya kegiatan Allah kepada ciptaan-Nya. Allah menjadikan dari yang tidak ada menjadi ada, yaitu ketika Allah menciptakan, Allah juga mengarahkan pada setiap ciptaan-Nya kepada tujuan yang Allah tentukan. Manusia sebagai ciptaan yang menurut gambar dan rupa Allah (Kej.1:26), meyakini bahwa Allah lah yang bertindak secara bijaksana sebagai pencipta alam, menyediakan yang diperlukan bagi semua ciptaan-Nya dan Allah masih berkarya hingga saat ini.
           Dalam Perjanjian Lama, istilah pemeliharaan telah digunakan sebagai hubungan antara Allah dengan ciptaan-Nya dan dalam bahasa ibrani kata yang dipakai adalah שׇׁמַר (samar) yang digolongkan kedalam bentuk Qal שׇׁמַר(samar) yang artinya menjaga, melindungi dan memelihara. Sedangkan dalam bentuk Niphal yaitu נִשׇׁמַרְ (nisamar) yang artinya mengamati seseorang (Kej.18:15, 20; mzm.12:20).[8] Allah sebagai pencipta melakukan tindakan pemeliharaan terhadap dunia beserta segala isinya. Adapun sarana Allah dalam hal pemeliharaan ini adalah sebagai berikut:
·      Perlindungan
Dalam kaitan ini yaitu pemeliharaan dunia dan segala isinya mencakup menjaga dunia dari hal-hal yang dapat merusaknya.
·      Penopangan
Ciptaan tidak memiliki kekuatan untuk berada tetap. Suatu keberadaan menetap hanya terjadi melalui pekerjaan kemauan sang Pencipta. Tanpa kemauan itu keberadaan itu seolah-olah jatuh kedalam ketiadaan. Tindakan pemeliharaan Allah turut menopang keberadaan dunia.
·      Pemerintahan
Allah menjadikan segala isinya menurut amksud-Nya sendiri dan mengarahkan-Nya menuju tujuan yang ingin dicapai-Nya demi kemuliaan-Nya.
·      Bekerja bersama-sama (Concurcus co-operatio)
Arti bekerja bersama-sama disini adalah kekuatan alam tidak bekerja sendiri dari kekuatannya tetapi Allah secara langsung bekerja, bertindak didalam dan melalui ciptaan-Nya (Mzm.115:3; Ef.1:11). Allah tidak hanya memerintah manusia tetapi juga memberikan tanggung jawab kepada manusia yang diciptakan menurut gambar-Nya yang memiliki kebebasan untuk menjalankan kehendak Allah. Allah mengangkat manusia sebagai partner atau teman sekerja-Nya dengan memberikan tugas dan mandat untuk memerintah, menguasai, mengusahakan dan memelihara ciptaan (Kej.1:26-28; 2:15).[9]

2.4.1.   Pemeliharaan dalam Perjanjian Lama
        Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa istilah pemeliharaan telah digunakan dalam Perjanjian Lama yang menunjukkan adanya hubungan antara Allah dan manusia atau antara Pencipta dan ciptaan-Nya. Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan dalam hal pemeliharaan Allah yaitu:
v  Pemeliharaan dalam Penciptaan
Setelah Allah menyelesaikan pekerjaan-Nya dalam penciptaan maka berfirmanlah Allah kepada manusia yang Ia ciptakan supaya beranak cucu dan bertambah banyak serta memenuhi bumi ini dan menaklukannya (Kej.1:28). Hal ini menunjukkan bahwa Allah memelihara ciptaan-Nya dan memberikan mandat pemeliharaan kepada manusia. Allah menciptakan segala isinya pada suatu masa, tetapi ini tidak berarti bahwa waktu sudah ada sebelum ada penciptaan, karena waktu juga merupakan ciptaan Allah (Mzm.74:16) dan Allah tidak dibatasi atau terikat dengan waktu karena Allah tetap berkarya/mencipta sampai saat ini yang disebut dengan “penciptaan yang terus menerus”.[10]
v  Pemeliharaan Allah pada saat kejatuhan manusia kedalam dosa
Kita mengetahui bahwa manusia yang diciptakan Allah menurut gambar dan rupa-Nya telah jatuh kedalam dosa (Kej.3). Jika kita lihat dalam hal ini, Allah wajar menghukum manusia namun pada kenyataannya kita lihat bahwa manusia tetap saja melakukan dosa. Tetapi dalam hal ini meskipun demikian Allah tetap setia untuk memelihara kehidupan manusia. Kejatuhan manusia kedalam dosa bukan berarti bahwa Allah meninggalkan dan berhenti berhubungan dengan manusia. Allah tetap berkarya dalam hidup manusia, gambar Allah tetap menandai manusia bahkan diteruskan sampai turun-temurun (Kej.3:20).[11] 
v  Pemeliharaan melalui perjanjian
Dalam hal pemeliharaan melalui perjanjian, ini bisa kita lihat ketika Allah melakukan perjanjian dengan Nuh. Dimana Allah mengadakan perjanjian dengan Nuh sebanyak dua kali, yang pertama yaitu perjanjian sebelum air Bah (Kej.6:18) dan yang kedua yaitu perjanjian Allah dengan Nuh setelah air Bah (Kej.9:9-17). Sebelum peristiwa air bah Allah berjanji akan menyelamatkan seluruh keluarga Nuh dari peristiwa kejadian air Bah nantinya. Dan setelah peristiwa air Bah sifat perjanjian Allah kelihatan, Allah tidak ingkar janji. Ciri-ciri perjanjian tersebut yakni perjanjian itu disusun dan ditetapkan Allah sendiri dan jangkauannya umum, bukan hanya untuk Nuh tetapi keturunannya kelak serta kepada makhluk hidup yang diselamatkan dari peristiwa air Bah tersebut.[12]
Selain hal diatas mengenai perjanjian Allah dengan Nuh, Allah juga membuat perjanjian dengan Abraham yaitu ketika Abraham memegang peranan penting dalam sejarah pembentukan umat Israel. Ada beberapa hal yang muncul yang merupakan ciri-ciri perjanjian sebelumnya yaitu melalui Abraham semua bangsa akan diberkati, melalui perjanjian inilah ditegaskan bahwa dalam melaksanakannya Allah saja yang bekerja (Kej.15:8; 17:1-8).
Ada juga perjanjian yang dilakukan Allah dengan umat pilihan-Nya yaiu Israel ketika digunung Sinai. Perjanjian ini dilakukan supaya genap perjanjian antara Allah dengan Abraham mengenai bangsa Israel (Kel.2:24; 3:16; Mzm.105:18-12:42).[13] Dan perjanjian Allah dengan Daud bisa juga kita lihat bahwa perjanjian ini bersifat mesianis (bnd.Yes.42:1; 49:8; Mal.3:1; Luk.1:32-33; Kis.2: 30-36), dimana dalam Yesaya yang paling menonjol adalah hamba Tuhan akan menjadi perjanjian bagi umat. Mesianis itu sendiri yang akan menjadi perjanjian, karena berkat-berkat Allah dengan umat Allah itu, sedemikian rupa dikaitkan dengan mesias sehingga menjadi perwujudan berkat-berkat serta perwujudan kehadiran Allah dengan umat-Nya dijamin dengan perjanjian itu.[14]

2.4.2.   Tujuan dalam Pemeliharaan Allah
        Ketika kita berbicara mengenai adanya pemeliharaan yang dilakukan Allah, maka kita juga harus mengetahui apa tujuan dari pemeliharaan Allah tersebut. Providentia atau pemeliharaan yang dilakukan oleh Allah memiliki maksud dan tujuan yaitu memelihara makhluk-Nya dan menyelamatkan setiap ciptaan-Nya. Tujuan utamanya yaitu untuk kemuliaan-Nya sendri dan menunjukkan kesempurnaan-Nya, kesucian-nya, keadilan-nya, kuasa-Nya, hikmat-Nya, kasih-Nya dan kebenaran-Nya.[15]
Melihat hal diatas, maka objek dri pemeliharaan Allah adalah seluruh ciptaan-Nya. Untuk mencapai pemeliharaan itu, Allah menciptakan manusia menurut gambar dan rupa Allah dengan tujuan agar manusia dapat menjadi partner Allah dalam hal mewujudkan pemeliharaan dunia ciptaan Allah. Dalam hal ini, kita juga bisa melihat bahwa manusia diciptakan dengan keistimewaan yaitu sebagai mitra Allah dalam menjaga ciptaan-Nya. Manusia berkuasa atas bumi,namun kekuasaan itu adalah bentuk pengabdian manusia sebagai salah satu ciptaan-Nya (Kej.1:26-29), yang merupakan perintah Allah kepada manusia untuk menguasai radah dan menaklukkan kabas (bumi beserta isinya).[16] Manusia itu diciptakan menurut gambar dan rupa Allah “Tselem dan demut” dan dalam kej.2:15 dijelaskan bagaimana keistimewaan manusia yang berada dalam tugas dan tanggung jawab untuk memelihara שׇׁמַר(samar) lingkungan hidup (kej.2:25).[17]
Tujuan pemeliharaan Allah terhadap alam semesta dan segala isinya adalah agar kehidupan dunia berlangsung terus-menerus dan seluruh ciptaan akan dapat berjalan kearah yang direncanakan oleh Allah demi kemuliaan nama-Nya. Namun bisa juga kita lihat bahwa sejak manusia jatuh kedalam dosa, hal ini tidak bisa dicapai lagi. Akan tetapi Allah tidak tinggal diam begitu saja, Allah menyelamatkan ciptaan-Nya hanya dengan satu jalan penebusan yaitu melalui Yesus Kristus yang mati untuk menebus dosa manusia. Maka wujud pemeliharaan Allah bisa kita lihat disini yaitu menyatakan penebusan dan penyelamatan kepada seluruh ciptaan-Nya melalui Yesus Kristus (Rom.8:19-22).[18]

III.           Refleksi
           Kita telah melihat bagaimana baiknya penciptaan yang dilakukan Allah dibumi ini (Kej), serta ini juga dikaitkan dengan adanya pemeliharaan dari Allah yang ditugaskan kepada manusia untuk menguasai dan menjaga seluruh isinya agar dapat mencapai kemuliaan bagi Allah. Tetapi hal ini, jika kita kaitkan dengan banyaknya bencana alam yang terjadi dimana-mana saat ini kita lihat, banyak yang mengatakan bahwa Allah tidak memelihara bumi ini, Allah jauh dari manusia dan ada juga yang mengatakan bahwa Allah telah meninggalkan manusia. Tetapi sebenarnya yang perlu kita lihat melalui pemaparan diatas bahwa Allah itu yang menciptakan kita dan Allah juga yang memelihara kita serta memberikan tugas dan tanggungjawab kepada manusia untuk menjaga dan merawat segala isinya.
           Allah itu senantiasa memelihara kita, Dia tidak pernah meninggalkan kita, sekalipun kita tertimpa bencana alam ataupun mengalami suatu pergumulan yang cukup besar, Allah tidak tinggal diam, Allah juga membiarkan anak-Nya Yesus Kristus hidup di dunia ini untuk menderita demi keselamatan manusia sama halnya dengan manusia penderitaan yang dialami itu hendaknya jangan kita nilai sebagai musibah serta kita berpikir bahwa Allah itu meninggalkan kita. Hendaknya dalam situasi seberat apapun kita tetap memberikan pengharapan kepada Allah bahwa semua pasti ada hikmahnya serta kita harus ingat apa tugas dan tanggung jawab kita sebagai ciptaan Allah yang sebagaimana terdapat dalam kej.2:15 agar kita memelihara bumi serta segala isinya.

IV.           Kesimpulan
           Melalui pemaparan diatas, maka saya dapat menyimpulkan bahwa Allah menciptakan bumi serta segala isinya termasuk manusia itu dengan satu tujuan yaitu untuk kemuliaan nama-Nya. Ketika Allah sebagai pencipta, Ia juga sebagai pemelihara. Dalam hal memelihara inilah Allah memberikan tugas dan tanggungjawab kepada manusia sebagai mandat untuk menjaga serta memelihara bumi serta isinya.

V.             Daftar Pustaka
Atkinson David, Seri Pemahaman dan Penerapan menurut Alkitab Masa Kini, Jakarta: YKBK/OMF, 2000
Barth Christoph, Teologi Perjanjian Lama I, Jakarta: BPK-GM, 2004
Borong Robert P., Etika lingkungan hidup dari perspektif teologi Kristen, visi gereja memasuki millennium baru, Jakarta: BPK-GM, 2002
Botterwek G. Johanner, Theological Dictionary of the Old Testament Vol.II, Verlag W.Kohlhammer GMBH Stuttgart, Germany, 1983
Dyrness William, Tema-tema dalam Teologi Perjanjian Lama, Malang: Gandum Mas, 2004
Erickson Milliard J., Teologi Kristen Vol.I, Malang: Gandum Mas, 2004
Hoad J.W.L., Perjanjian dalam Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid I, Jakarta: YKBK/OMF, 2003
Karman Younky, Bunga Rampai Teologi Perjanjian Lama, Jakarta: BPK-GM, 2007
Manurung Kaleb, Providentia Dalam Perspektif Dogmatika Kristen dalam Jurnal Teologi Tabernakel STT-Abdi Sabda, XVI Juli-Desember, Medan: STT-AS, 2006
Poerwadarminta W.J.S., Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1987
Sauer G., To keep to guard (smr), Theological Lexicion of The Old Testament, USA: Hendrikcson           Publisher, 1997
Sihombing B., Agama Kristen Protestan, P.Siantar: Team, 1987
Syukur Nico OFM, Pengantar Teologi, Jakarta: BPK-GM, 1992
Thiessen Henry C., Teologia Sistematika, Malang: Gandum Mas, 1991


                [1] Younky Karman, Bunga Rampai Teologi Perjanjian Lama, (Jakarta: BPK-GM, 2007), 19
                        [2] G. Johanner Botterwek, Theological Dictionary of the Old Testament Vol.II, (Verlag W.Kohlhammer GMBH Stuttgart, Germany,              1983), 247-248
                        [3] Nico Syukur OFM, Pengantar Teologi, (Jakarta: BPK-GM, 1992), 42-44
                        [4] William Dyrness, Tema-tema dalam Teologi Perjanjian Lama, (Malang: Gandum Mas, 2004), 50-51
                        [5] Milliard J.Erickson, Teologi Kristen Vol.I, (Malang: Gandum Mas, 2004), 620
                        [6] Henry C.Thiessen, Teologia Sistematika, (Malang: Gandum Mas, 1991), 188
                        [7]  W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1987), 727
                        [8]  G.Sauer, To keep to guard (smr), Theological Lexicion of The Old Testament, (USA: Hendrikcson Publisher, 1997), 940
                        [9]  Kaleb Manurung, Providentia Dalam Perspektif Dogmatika Kristen dalam Jurnal Teologi Tabernakel STT-Abdi Sabda, XVI Juli-                   Desember, (Medan: STT-AS, 2006), 85-86
                        [10]  Christoph Barth, Teologi Perjanjian Lama I, (Jakarta: BPK-GM, 2004), 53-54
                        [11]  Christoph Barth, Teologi Perjanjian Lama I, 47-48
                        [12]  Christoph Barth, Teologi Perjanjian Lama I, 70
                        [13]  David Atkinson, Seri Pemahaman dan Penerapan menurut Alkitab Masa Kini, (Jakarta: YKBK/OMF, 2000), 15-16
                        [14] J.W.L.Hoad, Perjanjian dalam Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid I, (Jakarta: YKBK/OMF, 2003), 480-482
                        [15]  B.Sihombing, Agama Kristen Protestan, (P.Siantar: Team, 1987), 64-66
                        [16]  Kaleb Manurung, Providentia Dalam Perspektif Dogmatika Kristen dalam Jurnal Teologi Tabernakel STT-Abdi Sabda, 84
                        [17] Robert P.Borong, Etika lingkungan hidup dari perspektif teologi Kristen, visi gereja memasuki millennium baru, (Jakarta: BPK-              GM, 2002), 134
                        [18]  Kaleb Manurung, Providentia Dalam Perspektif Dogmatika Kristen dalam Jurnal Teologi Tabernakel STT-Abdi Sabda, 87

3 komentar: