Allah Pencipta dan Pemelihara
Ciptaan
I.
Pendahuluan
Dalam
Perjanjian Lama terkusus kitab kejadian hal yang pertama sekali kita temui dan
dapatkan adalah mengenai penciptaan. Dimana dalam penciptaan tersebut, Allah
melakukan-Nya dengan sungguh baik hasilnya, namun ini tidak terlepas dengan
yang namanya pemeliharaan. Allah juga adalah pemelihara,. Untuk lebih jelasnya
mengenai bagaimana uraian dari Allah pencipta dan pemelihara ciptaan ini, maka
saya akan mencoba memaparkannya. Semoga paper ini dapat menambah wawasan kita
semua.
II.
Pembahasan
2.1. Pengertian Penciptaan
Kata penciptaan berasal dari kata kerja
“cipta”, yang merupakan pemahaman kepercayaan tentang Allah sebagai pencipta
alam semesta yang kompleks dan juga tertata rapi, termasuk juga sebagai penjaga
kelangsungan dunia ciptaan sampai sekarang yang menopang dengan firman-Nya.[1]
2.2.
Allah sebagai Pencipta
Teologi penciptaan adalah kepercayaan
tentang Allah sebagai pencipta alam semesta yang juga sebagai penjaga
kelangsungan dunia ciptaan sampai sekarang, “menopang segala yang ada dengan
firman-Nya yang penuh kekuasaan” (Ibr.1:3). Selama berabad-abad orang kristen
menerima penciptaan yang dicatat dalam Alkitab sebagai karya Yang Mahakuasa
dalam ruang dan waktu, sesuatu yang benar-benar terjadi dalam kenyataan. Sampai
hari ini umat Kristen mengikrarkan pengakuan iman dalam ibadah bersama, “Aku
percaya kepada Allah Bapa, Pencipta langit dan bumi.” Pengakuan iman ini mengasumsikan
dunia ciptaan sebagai buah karya Allah yang transenden yaitu sumber kehidupan.
Ruang lingkup penggunaan kata kerja בׇּרׇא (bara)
sangat terbatas . Hal ini digunakan secara eksklusif untuk menunjukkan
penciptaan ilahi dan sering muncul terutama dalam bentuk Qal בׇּרַא
(bara) dalam PL (38 kali) ,dan kurang sering pada niphal נׅבׇּרׇא (10 kali ) . Sebagai istilah teologis khusus, בׇּרׇא (bara) digunakan untuk menyatakan dengan
jelas kemampuan dari karya kreatif Allah berbeda dengan semua produk sekunder
dan persamaan terbuat dari bahan yang sudah ada oleh manusia .
Kata
kerja dari “menciptakan” pada umumnya dipakai untuk menunjukkan adanya hubungan
Allah dengan manusia. Akan tetapi hanya satu kata kerja yang menggunakan Allah
itu sebagai subjek yaitu בׇּרׇא (bara) yang berarti
disini membuat sesuatu yang baru, yang belum pernah ada. Kata kerja בׇּרׇא (bara)
memiliki peran yang sangat penting, yang terutama yang diciptakan adalah
langit dan bumi (Kej.1:11;2:4), mengenai manusia (kej.1:27;5:1-2), dan mengenai
Israel (Mzm.102:19; Yes.43:1,5).[2]
Dalam
hal ini dapat kita lihat ada tiga makna teologis dari penciptaan ini yaitu:
Ø Demonstrasi
Kuasa Tuhan
Penciptaan
langit dan bumi adalah tindakan dari Yang MahaKuasa melalui firman-Nya
(Kej.1:1-2:3), dalam menegaskan kuasa Tuhan atas dunia ciptaan, firman menjadi
sarana pewahyuan diri Sang Pencipta. Allah berdaulat dan mengontrol dunia
ciptaan dan karena itu, sering digambarkan sebagai raja (bnd.Mzm.93:95-99).
Ø Kemenangan
atau Khaos
Penciptaan langit dan
bumi adalah bukti kemenangan Tuhan melawan kuasa-kuasa kekacauan dan
kekuatan-kekuatan yang potensial membuat kekacauan. Penciptaan dirayakan dalam
ibadah Israel sebagai refleksi atau iman Israel, bahwa kelangsungan hidup dunia
ciptaan dipertahankan berkat pemeliharaan dan pengawasan Allah berhadapan
kekuatan-kekuatan lain yang selalu siap menghancurkan. Bagi Israel keyakinan
bahwa Allah sebagai pencipta yang menopang seluruh dunia ciptaan bukan pilihan
filosofis atau asumsi yang diterima begitu saja, melainkan sebuah keyakinan
eksistensial yang mendasari kehidupan. Tanpa tindakan penciptaan tidak akan ada
kehidupan seperti saat ini.
Ø Dunia
yang baik
Tuhan menciptakan dunia
yang baik ( טוב tov)
dan diberkati. Dunia dan segala isinya yang baik yang telah diciptakan Tuhan
itu baik dan diberkati (Kej.1:22). Dalam hal ini manusia bertanggung jawab
untuk dunia apakah itu menjadi lebih baik atau lebih buruk.
Dalam kitab kejadian
terdapat dua macam cerita mengenai penciptaan yang dilakukan Allah. Kedua
cerita itu tidak membicarakan penciptaan dari ketiadaan (creatio ex nihilo). Dalam kitab suci terungkaplah keyakinan iman
bahwa segala sesuatu, sejauh baik dan benar yang sifatnya berasal dari Allah.
Kesaksian Alkitab dalam kej.1 dan 2 itu dimaksudkan sebagai semacam “prakata”
dari sejarah perjanjian, yaitu sejarah yang memuat cerita tentang tindakan
Allah dengan Israel. Dengan kesaksiannya bahwa Allah telah menciptakan langit
dan bumi, umat Israel ingin menyatakan:
1. Langit dan bumi
beserta segala isinya tidak bersifat ilahi, sehingga tidak boleh kita sembah
sebagai Allah, sebab semuanya hanya merupakan makhluk ciptaan semata-mata.
2. Allah pencipta
adalah Allah perjanjian yang kita kenal yaitu Allah yang kasih-Nya begitu besar
sehingga Ia menghubungkan diri-Nya dengan kita manusia yang berdosa sebaga
partner-Nya dalam perjanjian yang diikat-Nya dengan kita. Oleh karena itu, kita
tidak perlu takut terhadap hidup dan masa depan kita. Sebagaimana Allah telh
memimpin Israel ke tanah perjanjian, sama halnya Ia akan memimpin dan menolong
kita dalam hidup dan perjuangan kita didalam dunia ini.[3]
Sekalipun doktrin penciptaan dalam Perjanjian Lama tidak
selalu dibuat jelas, ada beberapa petunjuk yang menjelaskan bahwa Allah lah
yang pertama sekali menikmati keindahan penciptaan, sewaktu Ia menyatakannya
sungguh amat baik (Kej.1:31). Dalam Perjanjian Lama, ciptaan tidak hanya
digambarkan sebagai baik, tetapi juga diperintahkan khusus untuk mencapai
tujuan-tujuan yang telah direncanakan oleh Allah. Meskipun ciptaan tersebut
mempunyai sifat-sifatnya tersendiri, Allah berniat agar tujuan-Nya tercapai
didalamnya yaitu yang utama untuk menyatakan kemuliaan-Nya (Yes.6:3; Mzm.19). sejak
awal (Kej.1:26-30), ciptaan menunjukkan hubungan timbal balik yang saling
menguntungkan. Manusia dan ciptaan-Nya berkerjasama untuk menyelesaikan maksud
baik dari Allah.[4]
2.3.
Pengertian Pemelihara
Istilah dari kata pemelihara atau yang terdapat dalam
bahasa latin yaitu providentia yang
artinya disitu adalah “mengetahui lebih dahulu” dan juga bertindak secara bijaksana
yaitu membuat persiapan untuk sebelum menghadapi masa depan.[5] Sedangkan
dalam bahasa Inggris ini disebut dengan “Providence”,
yang diterjemahkan sebagai pemeliharaan, artinya disini adalah melihat atau
mengetahui sebelumnya yang kemudian kata ini diartikan sebagai menyediakan
untuk masa depan.[6]
Dan dalam bahasa Indonesia kata pemeliharaan berasal dari kata dasar “pelihara”
yang berarti menjaga atau merawat dengan baik yang mengusahakan dan melindungi.
Jadi pemelihara berkenaan dengan pngertian dari kata sifat pemeliharaan yang
merupakan suatu perbuatan dalam hal memelihara, menjaga serta merawat.[7]
2.4.
Allah Pemelihara Ciptaan
Dari setiap
istilah kata pemelihara diatas dapat kita lihat bahwa adanya kegiatan Allah
kepada ciptaan-Nya. Allah menjadikan dari yang tidak ada menjadi ada, yaitu
ketika Allah menciptakan, Allah juga mengarahkan pada setiap ciptaan-Nya kepada
tujuan yang Allah tentukan. Manusia sebagai ciptaan yang menurut gambar dan
rupa Allah (Kej.1:26), meyakini bahwa Allah lah yang bertindak secara bijaksana
sebagai pencipta alam, menyediakan yang diperlukan bagi semua ciptaan-Nya dan
Allah masih berkarya hingga saat ini.
Dalam Perjanjian Lama, istilah pemeliharaan telah
digunakan sebagai hubungan antara Allah dengan ciptaan-Nya dan dalam bahasa
ibrani kata yang dipakai adalah שׇׁמַר (samar) yang digolongkan kedalam bentuk
Qal שׇׁמַר(samar) yang artinya
menjaga, melindungi dan memelihara. Sedangkan dalam bentuk Niphal yaitu נִשׇׁמַרְ (nisamar)
yang artinya mengamati seseorang (Kej.18:15, 20; mzm.12:20).[8]
Allah sebagai pencipta melakukan tindakan pemeliharaan terhadap dunia beserta
segala isinya. Adapun sarana Allah dalam hal pemeliharaan ini adalah sebagai
berikut:
·
Perlindungan
Dalam
kaitan ini yaitu pemeliharaan dunia dan segala isinya mencakup menjaga dunia
dari hal-hal yang dapat merusaknya.
·
Penopangan
Ciptaan
tidak memiliki kekuatan untuk berada tetap. Suatu keberadaan menetap hanya
terjadi melalui pekerjaan kemauan sang Pencipta. Tanpa kemauan itu keberadaan
itu seolah-olah jatuh kedalam ketiadaan. Tindakan pemeliharaan Allah turut menopang
keberadaan dunia.
·
Pemerintahan
Allah
menjadikan segala isinya menurut amksud-Nya sendiri dan mengarahkan-Nya menuju
tujuan yang ingin dicapai-Nya demi kemuliaan-Nya.
·
Bekerja bersama-sama (Concurcus co-operatio)
Arti
bekerja bersama-sama disini adalah kekuatan alam tidak bekerja sendiri dari
kekuatannya tetapi Allah secara langsung bekerja, bertindak didalam dan melalui
ciptaan-Nya (Mzm.115:3; Ef.1:11). Allah tidak hanya memerintah manusia tetapi
juga memberikan tanggung jawab kepada manusia yang diciptakan menurut
gambar-Nya yang memiliki kebebasan untuk menjalankan kehendak Allah. Allah
mengangkat manusia sebagai partner atau teman sekerja-Nya dengan memberikan tugas
dan mandat untuk memerintah, menguasai, mengusahakan dan memelihara ciptaan
(Kej.1:26-28; 2:15).[9]
2.4.1. Pemeliharaan dalam Perjanjian Lama
Seperti yang telah dijelaskan diatas
bahwa istilah pemeliharaan telah digunakan dalam Perjanjian Lama yang
menunjukkan adanya hubungan antara Allah dan manusia atau antara Pencipta dan
ciptaan-Nya. Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan dalam hal pemeliharaan
Allah yaitu:
v Pemeliharaan
dalam Penciptaan
Setelah
Allah menyelesaikan pekerjaan-Nya dalam penciptaan maka berfirmanlah Allah
kepada manusia yang Ia ciptakan supaya beranak cucu dan bertambah banyak serta
memenuhi bumi ini dan menaklukannya (Kej.1:28). Hal ini menunjukkan bahwa Allah
memelihara ciptaan-Nya dan memberikan mandat pemeliharaan kepada manusia. Allah
menciptakan segala isinya pada suatu masa, tetapi ini tidak berarti bahwa waktu
sudah ada sebelum ada penciptaan, karena waktu juga merupakan ciptaan Allah
(Mzm.74:16) dan Allah tidak dibatasi atau terikat dengan waktu karena Allah
tetap berkarya/mencipta sampai saat ini yang disebut dengan “penciptaan yang
terus menerus”.[10]
v Pemeliharaan
Allah pada saat kejatuhan manusia kedalam dosa
Kita
mengetahui bahwa manusia yang diciptakan Allah menurut gambar dan rupa-Nya
telah jatuh kedalam dosa (Kej.3). Jika kita lihat dalam hal ini, Allah wajar
menghukum manusia namun pada kenyataannya kita lihat bahwa manusia tetap saja
melakukan dosa. Tetapi dalam hal ini meskipun demikian Allah tetap setia untuk memelihara
kehidupan manusia. Kejatuhan manusia kedalam dosa bukan berarti bahwa Allah
meninggalkan dan berhenti berhubungan dengan manusia. Allah tetap berkarya
dalam hidup manusia, gambar Allah tetap menandai manusia bahkan diteruskan
sampai turun-temurun (Kej.3:20).[11]
v Pemeliharaan
melalui perjanjian
Dalam
hal pemeliharaan melalui perjanjian, ini bisa kita lihat ketika Allah melakukan
perjanjian dengan Nuh. Dimana Allah mengadakan perjanjian dengan Nuh sebanyak
dua kali, yang pertama yaitu perjanjian sebelum air Bah (Kej.6:18) dan yang
kedua yaitu perjanjian Allah dengan Nuh setelah air Bah (Kej.9:9-17). Sebelum
peristiwa air bah Allah berjanji akan menyelamatkan seluruh keluarga Nuh dari
peristiwa kejadian air Bah nantinya. Dan setelah peristiwa air Bah sifat
perjanjian Allah kelihatan, Allah tidak ingkar janji. Ciri-ciri perjanjian
tersebut yakni perjanjian itu disusun dan ditetapkan Allah sendiri dan
jangkauannya umum, bukan hanya untuk Nuh tetapi keturunannya kelak serta kepada
makhluk hidup yang diselamatkan dari peristiwa air Bah tersebut.[12]
Selain
hal diatas mengenai perjanjian Allah dengan Nuh, Allah juga membuat perjanjian
dengan Abraham yaitu ketika Abraham memegang peranan penting dalam sejarah
pembentukan umat Israel. Ada beberapa hal yang muncul yang merupakan ciri-ciri
perjanjian sebelumnya yaitu melalui Abraham semua bangsa akan diberkati,
melalui perjanjian inilah ditegaskan bahwa dalam melaksanakannya Allah saja
yang bekerja (Kej.15:8; 17:1-8).
Ada
juga perjanjian yang dilakukan Allah dengan umat pilihan-Nya yaiu Israel ketika
digunung Sinai. Perjanjian ini dilakukan supaya genap perjanjian antara Allah
dengan Abraham mengenai bangsa Israel (Kel.2:24; 3:16; Mzm.105:18-12:42).[13]
Dan perjanjian Allah dengan Daud bisa juga kita lihat bahwa perjanjian ini
bersifat mesianis (bnd.Yes.42:1; 49:8; Mal.3:1; Luk.1:32-33; Kis.2: 30-36),
dimana dalam Yesaya yang paling menonjol adalah hamba Tuhan akan menjadi
perjanjian bagi umat. Mesianis itu sendiri yang akan menjadi perjanjian, karena
berkat-berkat Allah dengan umat Allah itu, sedemikian rupa dikaitkan dengan
mesias sehingga menjadi perwujudan berkat-berkat serta perwujudan kehadiran
Allah dengan umat-Nya dijamin dengan perjanjian itu.[14]
2.4.2. Tujuan dalam Pemeliharaan Allah
Ketika kita berbicara mengenai adanya
pemeliharaan yang dilakukan Allah, maka kita juga harus mengetahui apa tujuan
dari pemeliharaan Allah tersebut. Providentia
atau pemeliharaan yang dilakukan oleh Allah memiliki maksud dan tujuan
yaitu memelihara makhluk-Nya dan menyelamatkan setiap ciptaan-Nya. Tujuan
utamanya yaitu untuk kemuliaan-Nya sendri dan menunjukkan kesempurnaan-Nya,
kesucian-nya, keadilan-nya, kuasa-Nya, hikmat-Nya, kasih-Nya dan kebenaran-Nya.[15]
Melihat
hal diatas, maka objek dri pemeliharaan Allah adalah seluruh ciptaan-Nya. Untuk
mencapai pemeliharaan itu, Allah menciptakan manusia menurut gambar dan rupa
Allah dengan tujuan agar manusia dapat menjadi partner Allah dalam hal
mewujudkan pemeliharaan dunia ciptaan Allah. Dalam hal ini, kita juga bisa
melihat bahwa manusia diciptakan dengan keistimewaan yaitu sebagai mitra Allah
dalam menjaga ciptaan-Nya. Manusia berkuasa atas bumi,namun kekuasaan itu
adalah bentuk pengabdian manusia sebagai salah satu ciptaan-Nya (Kej.1:26-29),
yang merupakan perintah Allah kepada manusia untuk menguasai radah dan menaklukkan kabas (bumi beserta isinya).[16]
Manusia itu diciptakan menurut gambar dan rupa Allah “Tselem dan demut” dan
dalam kej.2:15 dijelaskan bagaimana keistimewaan manusia yang berada dalam
tugas dan tanggung jawab untuk memelihara שׇׁמַר(samar) lingkungan hidup (kej.2:25).[17]
Tujuan
pemeliharaan Allah terhadap alam semesta dan segala isinya adalah agar
kehidupan dunia berlangsung terus-menerus dan seluruh ciptaan akan dapat
berjalan kearah yang direncanakan oleh Allah demi kemuliaan nama-Nya. Namun
bisa juga kita lihat bahwa sejak manusia jatuh kedalam dosa, hal ini tidak bisa
dicapai lagi. Akan tetapi Allah tidak tinggal diam begitu saja, Allah
menyelamatkan ciptaan-Nya hanya dengan satu jalan penebusan yaitu melalui Yesus
Kristus yang mati untuk menebus dosa manusia. Maka wujud pemeliharaan Allah
bisa kita lihat disini yaitu menyatakan penebusan dan penyelamatan kepada
seluruh ciptaan-Nya melalui Yesus Kristus (Rom.8:19-22).[18]
III.
Refleksi
Kita telah
melihat bagaimana baiknya penciptaan yang dilakukan Allah dibumi ini (Kej),
serta ini juga dikaitkan dengan adanya pemeliharaan dari Allah yang ditugaskan
kepada manusia untuk menguasai dan menjaga seluruh isinya agar dapat mencapai
kemuliaan bagi Allah. Tetapi hal ini, jika kita kaitkan dengan banyaknya
bencana alam yang terjadi dimana-mana saat ini kita lihat, banyak yang
mengatakan bahwa Allah tidak memelihara bumi ini, Allah jauh dari manusia dan
ada juga yang mengatakan bahwa Allah telah meninggalkan manusia. Tetapi
sebenarnya yang perlu kita lihat melalui pemaparan diatas bahwa Allah itu yang
menciptakan kita dan Allah juga yang memelihara kita serta memberikan tugas dan
tanggungjawab kepada manusia untuk menjaga dan merawat segala isinya.
Allah itu senantiasa memelihara kita,
Dia tidak pernah meninggalkan kita, sekalipun kita tertimpa bencana alam
ataupun mengalami suatu pergumulan yang cukup besar, Allah tidak tinggal diam,
Allah juga membiarkan anak-Nya Yesus Kristus hidup di dunia ini untuk menderita
demi keselamatan manusia sama halnya dengan manusia penderitaan yang dialami
itu hendaknya jangan kita nilai sebagai musibah serta kita berpikir bahwa Allah
itu meninggalkan kita. Hendaknya dalam situasi seberat apapun kita tetap
memberikan pengharapan kepada Allah bahwa semua pasti ada hikmahnya serta kita
harus ingat apa tugas dan tanggung jawab kita sebagai ciptaan Allah yang
sebagaimana terdapat dalam kej.2:15 agar kita memelihara bumi serta segala
isinya.
IV.
Kesimpulan
Melalui pemaparan diatas, maka saya dapat menyimpulkan
bahwa Allah menciptakan bumi serta segala isinya termasuk manusia itu dengan
satu tujuan yaitu untuk kemuliaan nama-Nya. Ketika Allah sebagai pencipta, Ia
juga sebagai pemelihara. Dalam hal memelihara inilah Allah memberikan tugas dan
tanggungjawab kepada manusia sebagai mandat untuk menjaga serta memelihara bumi
serta isinya.
V.
Daftar
Pustaka
Atkinson David, Seri Pemahaman dan Penerapan menurut Alkitab
Masa Kini, Jakarta: YKBK/OMF, 2000
Barth Christoph, Teologi Perjanjian Lama I, Jakarta:
BPK-GM, 2004
Borong Robert P., Etika lingkungan hidup dari perspektif
teologi Kristen, visi gereja memasuki millennium baru, Jakarta: BPK-GM,
2002
Botterwek G. Johanner, Theological Dictionary of the Old Testament
Vol.II, Verlag W.Kohlhammer GMBH Stuttgart, Germany, 1983
Dyrness William, Tema-tema dalam Teologi Perjanjian Lama, Malang:
Gandum Mas, 2004
Erickson Milliard J., Teologi Kristen Vol.I, Malang: Gandum
Mas, 2004
Hoad J.W.L., Perjanjian dalam Ensiklopedi Alkitab Masa
Kini Jilid I, Jakarta: YKBK/OMF, 2003
Karman Younky, Bunga Rampai Teologi Perjanjian Lama, Jakarta:
BPK-GM, 2007
Manurung Kaleb, Providentia Dalam Perspektif Dogmatika
Kristen dalam Jurnal Teologi Tabernakel STT-Abdi Sabda, XVI Juli-Desember, Medan:
STT-AS, 2006
Poerwadarminta W.J.S., Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:
Balai Pustaka, 1987
Sauer G., To keep to guard (smr), Theological Lexicion
of The Old Testament, USA: Hendrikcson Publisher,
1997
Sihombing B., Agama Kristen Protestan, P.Siantar:
Team, 1987
Syukur Nico OFM, Pengantar Teologi, Jakarta: BPK-GM, 1992
Thiessen Henry C., Teologia Sistematika, Malang: Gandum
Mas, 1991
thanks bg,,,,sajianku (:
BalasHapusOKe dek.
Hapusterimakasih kak. Tuhan berkati selalu.
BalasHapus