KASIHILAH SESAMAMU MANUSIA
(Ams. 14:31 ; Luk. 16:25)
I.
Pendahuluan
Kehidupan yang
dialami setiap manusia tidaklah sama, ada yang kehidupannya yang berkecukupan
dan ada yang kekurangan. Orang yang hidup berkekurangan inilah yang umumnya
dikatakan miskin. Kemiskinan adalah istilah yang relative. Pengertian semula
dari istilah ini menggambarkan syarat kehidupan manusia secara lahiriah,
ekonomis dan sosial. Kenyataan hidup yang digambarkan di dalam pengertian ini
tentunya sangat tergantung pada situasi sosial ekonomi masyarakat umumnya dan
tempat yang bersangkutan itu sendiri secara khusus.
Dalam situasi bermasyarakat,
orang-orang miskin dianggap hina, golongan terbawah dan sampah masyarakat.
Memang tidak ada orang yang ingin hdupnya miskin. Lalu bagaimana sikap kita
terhadap kemiskinan itu? Dalam Markus 14:7 dikatakan “karena orang-orang miskin
selalu ada padamu, dan kamu dapat menolong mereka, bila kamu menghendakinya
tetapi Aku tidak selalu bersama-sama kamu”. Apakah orang-orang miskin itu tidak
memperoleh keselamatan? Untuk lebih membatasi cakupan sajian ini serta untuk lebih
mengarahkan fokus pemikiran kita, maka penyaji membuat sistematika penulisan
sebagai berikut:
I.
Pendahuluan
II.
Pembimbing
Teks
Pemahaman
Teks Lukas (16:25)
Pemahaman
Teks Amsal (14:31)
III.
Kasihilah
Sesamamu Manusia
IV.
Kesimpulan
Daftar Pustaka
II.
Pembimbing
Teks
Pemahaman Teks Lukas (16:25)
Menurut Kummel,
mengikuti Luk. 1:1-4 dan Kis 1:1 di mana disebutkan nama Teofilus, hal ini
menunjukkan bahwa kedua buku ini ditulis oleh satu orang yaitu Lukas. Ini juga
terlihat dalam gaya bahasa yang digunakan dan teologinya. Dalam tradisi
selanjutnya disebutkan bahwa Lukas berasal dari Anthiokia dan ia seorang tabib
(Kol. 4:14 band. Mark. 5:25-26; Luk. 8:43). Injil Lukas disusun dengan
bahan-bahan yang kurang lebih sama dengan bahan-bahan yang dipakai oleh penulis
Matius dan Markus, walaupun hasilnya tidak sama dengan Matius dan Markus. Salah
satu sebabnya ialah bahwa Injil Lukas
bukanlah sebuah kitab yang selesai. Kitab Lukas adalah bagian jilid pertama
dari dua jilid kitab hasil tulisan Lukas, yaitu injil Lukas dan Kisah Rasul.
Menurut tradisi, Lukas adalah seorang teman seperjalanan Paulus. Barangkali
Lukas termasuk orang-orang yang disebut dengan kami dalam Kisah Rasul (11:28 ;
Fil. 1:23 ; II Tim. 4:9-12).
Secara singkat dapat dikatakan
bahwa Lukas adalah keturunan bangsa asing, berbahasa Yunani, yang telah
mendapat pendidikan tinggi dan memiliki kecerdasan yang cukup tinggi. Mungkin
ia adalah salah seorang dari orang percaya yang pertama dari misi yang pertama
di Anthiokia. Tidak ada keterangan langsung mengenai kehidupannya sebelum ia
bertemu dengan Paulus di Troas sekitar tahun 51. Lukas bukanlah seorang
penonton biasa yang melihat kebenaran kekristenan dari luar kalangannya, tetapi
dia sendiri adalah orang penkhotbah dan penginjil yang aktif. Ia juga seorang
penulis sejarah gereja dan seorang sastrawan. Karena ia adalah teman sekerja
Paulus dapat dimengerti bila karyanya mencerminkan pengetahuan kristiani yang
biasa digunakan untuk mengajar umat yang bukan Yahudi.
Jadi Lukas adalah satu-satunya penulis dari kalangan orang bukan Yahudi.
Pembagian Injil Lukas yaitu terdiri dari:
·
Kata
sambutan 1:1-4
·
Persiapan
bagi Sang Juruselamat 1:5-2:52
·
Perkenalan
Sang Juruselamat 3:1-4:15
·
Pelayanan
Sang Juruselamat 4:16-9:50
·
Misi
Sang Juruselamat 9:51-18:30
·
Kesengsaraan
Sang Juruselamat 19:31-23:56
·
Kebangkitan
Sang Juruselamat 24:1-53
Pada bagian kelima adalah khusus dari
sumber Lukas, seperti perumpamaan orang Samaria yang baik hati (10:18-37),
orang kaya yang bodoh (22:13-21), pohon ara yang tidak berbuah (13:6-9), dirham
yang hilang, anak yang hilang dan lain-lain. Satu hal yang diistimewakan Lukas
adalah perhatian terhadap orang yang menderita, miskin, hilang dan berdosa.
Perhatian Lukas terhadap orang yang hina (Luk.2:8-20) saat gembala menjadi
orang yang pertama datang menghormati Yesus yang lahir. Hanya Lukas yang
membuka belas kasihan Yesus terhadap penjahat yang bertobat di kayu salib (Luk.
23:40-43)
Tuhan Yesus yang memilih satu bagian PB
mengenai orang-orang yang menderita dan mereka inilah yang dipentingkan. Yesus
ingin menjelaskan bahwa sesuai dengan rencana Allah keselamatan itu diberikan
kepada orang yang bukan Yahudi. Kedatangan Yesus adalah untuk mengabarkan masa
karunia Allah. Karena sudah tiba saatnya karena kebebalan Israel keselamatan
itu ditujukan kepada orang yang bukan Yahudi. Jadi maksud Lukas adalah untuk
memberi kesaksian yang berdasarkan kepercayaan tentang pekerjaan Yesus, bahwa
di dalam Dia keselamatan diberikan sepenuhnya kepada orang yang bukan Yahudi,
orang yang hina dan orang yang berdosa.
Kapan tepatnya Injil Lukas ditulis tidak
bisa dipastikan. Namun Lukas sendiri melihat kehancuran kota Yerusallem tahun
70 oleh kekaisaran Romawi. Dalam Lukas 13:34 Yesus menangisi kehancuran
Yerusallem, sehingga dapat dikatakan bahwa Injil Lukas ditulis antara tahun 70-90.
Tempat penulisannya ada yang menyebutkan di Kaisarea, Akhaya, Dekapolis, Asia
kecil dan Roma. Namun yang jelas Injil Lukas ditulis diluar Palestina.
Kalau kita perhatikan pasal 16:19-31 ini adalah merupakan bagian
perumpamaan yang dapat diketahui dari kata permulaannya “ada seorang kaya,,,,”
hampir tidak pernah dalam sebuah perumpamaan muncul lebih dari dua atau tiga
orang yang memegang peranan penting di dalamnya.
Perilaku yang bertanggungjawab lebih penting dibandingkan kepada peraturan yang
bukan tertulis. Bagi Yesus yang penting dalam etika adalah watak bukan hanya
perbuatan, karena watak menentukan perbuatan. Jadi tidaklah mengherankan kalau
Yesus menuntut agar hidup keberagamaan anggota-anggota kerajaanNya harus besar
dari hidup keagamaan orang-orang farisi dan ahli-ahli taurat. Yesus mengecam
segala sikap dan perbuatan yang bertentangan dengan kebaikan. Perumpamaan
tentang orang-orang kaya dan Lazarus yang miskin merupakan komentar mengenai
hal ini karena kecaman yang ditujukan kepada orang kaya itu bukanlah karena dia
kaya tetapi karena dia menyalahgunakan kekayaan itu. Harta telah membutakan matanya
terhadap kebutuhan orang yang ada dipintu gerbangnya sehingga ia menghancurkan
perhatian sosialnya.
Di dalam pasal tersebut digunakan istilah Ptochos
yang mempunyai arti miskin, papa, melarat dan dapat juga disebut
peminta-minta atau pengemis. Kaum Ptochos dianggap hina dalam masyarakat dan
mereka tidak mempunyai jaminan hidup selain meminta-minta.
Untuk mengerti arti perumpamaan ini dapat
dihubungkan dengan ayat 9 dan 15 pada ayat sebelumnya, di mana orang kaya itu
adalah contoh dari seseorang yang tidak menggunakan kekayaannya dengan baik dan
ternyata pikiran Allah kepadanya tidak sesuai dengan penghormatan yang
diberikan orang itu kepadanya di dunia ini.
Perumpamaan ini terdiri dari dua bagian yaitu 16:19-26 tentang tema pembalikan
nasib dan 16:27-31 tentang tema pertobatan. Orang kaya itu menyombongkan diri
dengan kekayaannya di depan umum, terlihat dari pakaiannya yang serba mewah
terbuat dari lenan halus setiap hari dia mengadakan perjamuan dengan banyak
daging sedangkan rakyat hidup sederhana dan hanya dapat makan daging jika ada
kesmpatan-kesempatan yang khusus. Secara jelas terlihat perbedaan sosial yang
menyolok antara orang kaya dan Lazarus didunia ini. Ada dua tokoh yang
diperkenalkan yaitu seorang pengemis yang dibaringkan di depan pintu utama
tempat kediaman orang kaya itu. Namanya Lazarus yang artinya Allah adalah
penolong. Dengan jelas digambarkan kesengsaraan Lazarus yang badannya penuh dengan
borok bahkan tidak mempunyai kekuatan lagi untuk menghalau anjing-anjing yang
menjilatinya. Nama Lazarus yang berarti Allah adalah penolong disebutkan
sedangkan orang kaya yang diharapkan akan memberi pertolongan tidak bertindak.
Perumpamaan ini berbicara tentang masalah
kekayaan, kemiskinan dan keadilan. Jurang perbedaan anatara kaya dan miskin
merupakan keadaan yang tidak adil yang harus ditata dan dibenahi. Allah sendiri
akhirnya akan membereskan semuanya dengan keadilannya. Itulah hiburan bagi si
miskin sekaligus peringatan bagi yang kaya. Tetapi sebelum terlambat, para
pemerkosa keadilan mendengarkan warta kitab suci dan bertobat.
Perbedaan yang menyolok antara si Lazarus
dan orang kaya tersebut pada satu sisi orang kaya dengan pakaian dan gaya hidup
mewah yang mendengungkan suasana gemerlap kelas atas. Di sisi lain Lazarus
ditampilkan serta tajam mendramatisasikan kemiskinan sosial rakyat jelata. Ia
seorang pengemis yang ingin hidup dari sisa-sisa makanan pesta si kaya. Orang
kaya di dalam saat perjamuannya sedangkan Lazarus berada di luar dekat pintu.
Ke duanya terpaku pada posisi masing-masing tanpa ada pendekatan. Akan tetapi
mereka semua sama sekali tidak mau mengetahui rahasia Kerajaan Allah itu. Sebab
untuk menyakini apa yang dilihatnya dari dekat dan dekat dengan dirinya dia
tidak mau, apalagi untuk melihat yang tidak nampak. Hal ini menjadi dasar orang
kaya untuk bersukaria berpesta di atas penderitaan orang-orang miskin dan
merupakan hal yang teramat penting yaitu keselamatan. Dalam perumpamaan ini
terlihat pemahaman Lukas tentang eskhatologi bahwa Allah akan datang untuk
memerintah. Terlihat dua gambaran antara orang kaya dan miskin yang bertolak
belakang walaupun pada akhirnya mengalami kematian secara bersama-sama. Setelah
kematian ini keberadaan mereka tidaklah sama, orang kaya dikiburkan dan Lazarus
yang miskin menjadi tamu kehormatan. Orang kaya tersebut masuk neraka. Lukas
16:19-31 ditujukan Lukas pada orang-orang Farisi yang lebih mencintai kekayaan
mereka dan mengolok-olok pengajaran Yesus (ay. 14-15). Dalam kenyataannya
orang-orang Farisi dan orang kaya itu lebih mempercayai Hukum Musa, tetapi
tidak melaksanakan apa yang dikehendaki dalam Hukum Musa tersebut (Im.
19:9-10). Mereka lebih mencintai kekayaan mereka dan tidak menolong orang
miskin (Ul. 15:7-11 ; Yes. 58:6-7). Mereka mengatakan bahwa kekayaan itu adalah
berkat Allah dan oleh karena itu mereka harus mematuhi perintah-perintah Allah
namun dalam kenyataannya tidak.
Konteks teologi Lukas memperlihatkan kejadian-kejadian pada permulaan
pelayanan Yesus yang berisikan pemberitahuan tentang kabar baik kepada
orang-orang miskin (band. Yes. 61) sebagai tahun rahmad Allah.
Dalam cerita Lazarus, Lukas membuat ketidak seimbangan antara orang kaya dan miskin.
Orang kaya tidak mendapat keselamatan. Setelah dia mati dia tidak mendapatkan
duduk dalam pangkuan Abraham seperti yang dialami Lazarus. Orang kaya itu
menerima upahnya. Lukas melihat ini sebagai norma. Peringatan bagi anggota
keluarganya yang masih hidup tidak diperlukan lagi, mereka selama ini telah
diingatkan melalui Musa dan para nabi. Kerajaan Allah lewat dari hidup orang
kaya karena perbuatannya yang tidak baik.
Orang kaya dan Lazarus akhirnya meninggal,
lazarus dibawa para malaikat-malaikat Allah ke pangkuan Abraham. Dia menikmati
kebahagiaan persekutuannya dengan Abraham bapa leluhur itu (Kej. 15:15 ; Hak.
2:10). Hal ini memperlihatkan hubungan antara bapa dan anak (band. Yoh 1:18).
Lazarus itu mendapatkan tempat yang terhormat dalam perjamuan bersama-sama
dengan bapa Abraham. Orang kaya itu meninggal dan dikuburkan. Selanjutnya
diterangkan bagaimana kehidupan ke duanya setelah kematian. Orang kaya masuk
dalam dunia orang maut di mana api menyala-nyala jauh dari tempat kediaman bapa
sekalian orang beriman (Rom. 4:11) bersama-sama dengan semua orang yang
sungguh-sungguh menjadi anaknya. Dalam kesengsaraannya, orang kaya meminta
pertolongan kepada Abraham, supaya dia menyuruh Lazarus untuk meringkankan
bebannya, jadi walau berada dalam dunia maut orang kaya itu masih mengenal Lazarus.
Ternyata sikap orang kaya tersebut belum berubah sekalipun dia telah berada
dalam maut, sebenarnya dia belum mengenal sesal dan kepada Lazarus dia masih
bersifat feodal dan ia meminta kepada Abraham supaya menyuruh Lazarus menjadi
hambanya.
Walau orang kaya itu meminta pertolongan
kepada Lazarus untuk menyejukkan lidahnya saat ia berada dalam neraka dan
Lazarus di sorga tapi pandangannya terhadap Lazarus tidak berubah. Ia masih
melihat Lazarus sebagai orang yang lebih rendah dari dirinya. Digambarkan
Lazarus dalam kebahagiaan dan orang kaya dalam siksaan seperti di sorga dan
neraka. Dalam keYahudian ada kepercayaan mereka bahwa sorga itu mempunyai
tingkatan (2 Kor. 12:2). Seperti juga dengan orang kaya yang tidak ikut masuk
sorga, ia juga demikian. Mengapa ia tidak ikut diselamatkan? Perlu hati-hati
dalam memahami maksud keselamatan itu. Injil dengan tegas menegaskan, bahwa
keselamatan itu tidak hanya dengan perbuatan tetapi dengan iman dan kepercayaan
(bnd. Efe. 2:8-9 ; Tit. 3:5).
Pemahaman Teks Amsal (14:31)
Perjanjian Lama Ibrani secara khusus
terbagi atas tiga bagian yaitu: Hukum,
Kitab Para Nabi dan tulisan-tulisan
(bnd. Luk. 24:44). Termasuk dalam bagian ketiga ialah Kitab-kitab Syair dan
Hikmat seperti Ayub, Mazmur, Amsal dan Pengkhotbah. Demikian pula, Israel kuno
mempunyai tiga golongan hamba Tuhan: yaitu para Imam, para Nabi dan para Bijak
(orang-orang yang berhikmat). Kelompok orang-orang bijak biasanya dikarunia
hikmat dan nasehat illahi mengenai masalah-masalah kehidupan yang praktis dan filosofis.
Amsal merupakan hikmat para Bijak yang terilhamkan.
Istilah Ibrani yaitu Mashal yang diterjemahkan Amsal, bisa berarti ucapan orang bijak,
perumpamaan, atau peribahasa berhikmat. Karena itu ada beberapa ajaran yang
agak panjang dalam kitab ini, misalnya Amsal 1:20-33 ; Amsal 2:1-22 ; Amsal
5:1-14, dan juga aneka pernyataan ringkas yang menggugah berisi hikmat untuk
hidup dengan bijaksana dan benar. Sedangkan Kitab Amsal menyajikan suatu bentuk
pengajaran berupa Amsal yang umum dipakai di Timur, hikmatnya itu khusus karena
disajikan dalam konteks Allah dan semuanya standard kebenarannya bagi umat
perjanjian Allah. Alasan-alasan popularitas pengajaran berupa Amsal pada zaman
dulu ialah kejelasannya dan sifat mudah dihafalkan dan disampaikan kepada
angkatan berikutnya.
Tujuan kitab ini dinyatakan dengan jelas dalam Amsal 1:2-7 ; memberi hikmat dan
pengertian mengenai perilaku yang bijak, kebenaran, keadilan, kejujuran
sehingga :
·
Orang
yang tidak berpengalaman dapat menjadi orang bijak (Amsal 1:4)
·
Kaum
muda dapat memperoleh pengetahuan dan kebijaksanaan (Ams. 1:4).
·
Orang
bijak bisa menjadi lebih bijak lagi (Ams. 1:5-6).
Sekalipun Amsal pada
hakekatnya adalah buku pedoman hikmat untuk hidup dengan benar dan bijaksana,
landasan yang diperlukan oleh hikmat tersebut dinyatakan dengan jelas sebagai
takut akan Tuhan (Ams.1:7). Tema yang mempersatukan kitab ini ialah Hikmat
untuk Hidup dengan Benar, sebuah hikmat yang berawal dari rendah hati kepada
Allah dan kemudian mengalir kepada sebuah bidang kehidupan. Hikmat dalam Amsal
ini yaitu :
·
Memberi
nasehat mengenai keluarga, kaum muda, kemurnian seksual, ksesetiaan hubungan
pernikahan, kejujuran, kerja keras, kemurahan, persahabatan, keadilan,
kebenaran dan disiplin.
·
Memperingatkan
mengenai bodohnya dosa, pertengkaran, bahaya lidah, kebebalan, minuman keras,
kerakusan, nafsu, kebejatan, kebohongan, kemalasan, dan teman-teman yang tidak
baik.
·
Membandingkam
kebijaksanaan dengan kebodohan, orang benar dengan orang fasik, kesombongan
dengan kerendahan hati, kemalasan dengan kerajinan, kemiskinan dengan kekayaan,
kasih dan hawa nafsu, benar dan salah serta kematian dan kehidupan.
Dalam Amsal 14:31, kata miskin
dikenal dengan istilah Ebyon, artinya kekurangan, tidak punya, yang dimaksud di
sini ialah orang yang masih menginginkan sesuatu agar diberikan kepadanya
karena masih kekurangan, miskin dan sengsara (Mzm. 35:10 ; 37:14 ; 40:7).
Mereka berkekurangan dalam arti kebutuhan sehari-sehari, sehingga mencari
pertolongan dengan orang lain dan akhirnya tergantung kepada pemberian orang
lain. Dengan demikian dapat dikatakan mereka hidup sebagai peminta-minta. Kata Ebyon juga digunakan kepada yang miskin
karena perbuatan ketidakadilan, ditindas sehingga tidak mampu lagi mencukupi
kebutuhannya sehari-hari.
Orang-orang kaya tidak hanya
berlaku tidak adil, bahkan penindas orang miskin ini dimana ceritra Lazarus
yang miskin yang tidak diperdulikan oleh orang kaya. Hal ini menyebabkan mereka
menangis, berteriak minta tolong, dan hal ini terjadi berulang-ulang yang
menandakan mereka mengalami penindasan yang berat. Teriakan minta tolong
tangisan dan keluhan ini mereka sampaikan kepada Allah. Mengapa mereka minta
tolong kepada Allah? Karena mereka tidak lagi memiliki hak sebagai manusia,
tidak memiliki bantuan hukum, tidak memiliki tempat pengaduan dan bahkan hukum
yang ada pun telah berpihak dan disalahgunakan oleh orang-orang kaya. Teriakan
minta tolong itu telah sampai kepada telinga Allah. Tangisan para buruh atas
kelaparan karena kekurangan uang untuk makanan digambarkan seperti tangisan
balas dendam, tangisan untuk kebenaran dan tangisan orang miskin. Tangisan dan
teriakan karena tertindas menjadi suatu permohonan yang mencapai dan
menggerakan Allah dalam kesetiaanNya yang tidak luntur kepada manusia. Tuhan
mendengarkan mereka dan memperhatika mereka yang tertekan. Allah memberikan
kekuatan dan kemampuan kepada orang miskin dan mereka akan memiliki kerajaan
sorga.
Pada dasarnya Tuhan
memperlihatkan keadilan pada umatNya bukan hanya menghukum, melainkan dengan
memberi ampunan. Tuhan itu setia bukan hanya pertama-tama kepada perjanjian
melainkan kepada manusia yang dikasihiNya. Dengan kata lain, keadilan Allah
yang setia terwujud dalam cinta dan belas kasihan, sehingga dalam umat yang
setia kepada Allah, umat yang dipilih oleh Allah, keadilan tidak dapat dibatasi
pada keseimbangan antara hak dan kewajiban. Keadilan Tuhan juga tampak dalam
hukum dan hukuman yang diberikan sebagai wujud dari keberpihakaNya,
penyelamatanNya, bagi mereka kaum yang tertindas dan yang menjadi korban
ketidakadilan. Dengan demikian ada suatu konsekuensi bahwa hukum Tuhan
mendatangkan hasil yang baik bagi orang yang tertindas sekaligus sebagai dosa bagi
mereka yang melakuka penindasan dan pelaku ketidakadilan.
Allah adalah sumber dari
segala yang baik. Allah telah memenehi segala kebutuhan manusia. Allah juga
memberikan mandat agar manusia saling mengasihi, saling memperhatikan, dan
saling memelihara sesamanya tanpa melihat keberadaannya sama seperti Allah yang
memelihara manusia dan cipataan lainnya. Bangsa Israel sebagai umat pilihan
Allah diberi tanggungjawab untuk memperhatikan, melindungi orang-orang miskin,
memberikan hak-hak kepada buruh ataupun kepada pekerja harian. Para orang-orang
kaya diperingatkan untuk menggunakan kekayaannya untuk menolong orang miskin,
karena kekayaan diberikan untuk kebaikan manusia bukan menjadi sumber
kejahatan.
III.
Kasihilah
Sesamamu Manusia
Pada Abad keempat sebelum
masehi di Athena Yunani, gaya kehidupan manusia dan cara berpikirnya telah
berkembang, dengan menciptakan apa yang disebut dengan kota. Kota menjadi pusat
yang menampilkan gaya hidup tertentu. Orang-orang yang tinggal di kota adalah
veteran-veteran Yunani, mereka menyelenggarakan kehidupan kota dengan
mengawasi, mengumpulkan pajak dan bertindak sebagai wakil raja. Munculnya kota
mempengaruhi pola kehidupan masyarakat. Petani-petani kecil harus bersaing
dengan pemilik tanah dan harus membayar pajak. Sementara kota berkembang pesat,
desa mengalami masa-masa krisis. Tanah-tanah penduduk desa direbut dan mereka menjadi
penyewa. Petani-petani kecil ini masih dibebani pajak diancam akan dijadikan
budak dan mereka juga harus memberi makan tentara-tentara. Akitab pajak yang
begitu tinggi kemudian muncullah perampok-perampok. Keadaan ini berlanjut dan
masih mewarnai kehidupan orang-orang kristen pada abad pertama.
Kedaan dunia dahulu tidak jauh
berbeda dengan keadaan dunia modern di abad ke 20 ini. Orang kaya dan miskin,
baik dan jahat, majikan dan budak hidup berdampingan. Dalam banyak hal keadaan
sosial dan ekonomi yang berlangsung pada masa itupun menyerupai kedaan sekarang
dimana masih ada bentuk-bentuk penindasan, pebudakan, penganiayaan yang dibuat
orang-orang kaya terhadap orang miskin. Sekarang ini kaum miskin kedudukannya
sangat sulit, karena walaupun mereka hidup sebagai pemilik tanah kecil atau
penyewa untuk para tuan tanah yang besar, mereka masih dibebani dengan berbagai
macam pajak, persepuluhan dan uang sewa, sehingga mereka sering terperangkap
dalam utang. Mereka inilah yang sering disebut dengan ptochos, kedudukan mereka
paling rendah dan masuk dalam kelompok pengemis seperti orang sakit, orang
buta, timpang, kusta, yang melarat yatim dan janda. Secara ekonomis mereka
dipelihara dan diperhatikan secara khusus dan dibantu melalui
sumbangan-sumbangan. Masih banyak dari tarif dan cukai yang dibebankan kepada
masyarakat yang dikumpul oleh para pemungut cukai. Para pemungut cukai bekerja
sebagai petani pajak yang telah membayar kepada penguasa tawaran yang tertinggi
untuk peneriman pajak di daerah tertentu. Semua pajak-pajak tersebut tidak lagi
digunakan untuk membangun infrakstruktur suatu daerah melainkan dipakai untuk
kemewahan seseorang ataupun kelompok.
Yesus menentang tingkatan
sosial ini pada zamannya. Para bangawan dan golongan saduki di Yerusalem mempunyai
tanah yang luas di Galilea, dimana mereka menjerat para petani yang lemah. Akan
tetapi Yesus datang menyampaikan kabar baik untuk orang miskin, pembebasan
untuk orang tertindas dan penglihatan bagi yang buta, serta kemerdekaan bagi
yang terbelenggu (Luk. 4:18-19). Pada masa Yesus, mayoritas masyarakat terdiri
dari orang miskin. Di Palestina, orang miskin ini cukup diperhatikan walau
mereka juga harus membayar pajak. Mereka dibantu dengan pemberian persepuluhan
setiap tiga dan enam tahun. Merekapun diperbolehkan mengambil sisa-sisa dari
ladang, kebun buah-buahan dan anggur serta tanaman apapun selama tahun sabat.
Menurut J. Jeremias, seperti yang dikutip Hortensius Mandaru berpendapat bahwa
Yesus termasuk kelas bawah. Yesus dicap tidak terpelajar oleh orang-orang
Farisi dan Ia dicela karena tidak mentaati hukum (Yoh. 7:15). Hal ini diperkuat
oleh gaya hidup Yesus sendiri tanpa rumah dan keluarga serta amat tergantung
pada dukungan para pengikutnya. Secara sosial dan ekonomis Yesus miskin. Yesus
dan murid-muridNya mengandalkan dukungan dan kemurahan hati orang lain untuk
mencukupi kebutuhan harian mereka (bnd. Mat. 10:10 ; Luk. 9:4 ; 10:7-8). Mereka
juga mendapat dukungan material dari sekelompok wanita di Galilea (Luk. 8:1-3 ;
23:49-50 ; 24:1-2 ; 10:22). Yesus dikenal sebagai anak tukang kayu dari
Nazareth (Mrk. 6:3). Murid-muridNya adalah penjala ikan dari Galilea (Mrk. 1:16
ff), seorang pemungut cukai (Mrk. 2:13 ff), dan orang Zelot (Mrk. 3:18).
Keadilan, kepedulian,
keberpihakan merupakan perbuatan-perbuatan nyata sebagai bukti dari adanya iman
kepada Allah. Spiritualitas bertumbuh jika itu semua diwujudnyatakan kepada
kegiatan-kegiatan yang berguna bagi orang lain. Oleh karena itu merupakan suatu
pemahaman yang salah jika orang berpikir bahwa beribadat dengan mengabaikan
praktek keadailan, kepedulian kepada orang lain akan mendatangkan keselamatan.
Di sini gereja harus berdiri, membuka mata, memberikan perhatian terhadap
mereka para buruh dan orang miskin. Gereja mengambil sikap berpihak kepada
mereka yang lemah, yaitu hamba, pelayan, suruhan atau buruh, memberikan
penghargaan terhadap hasil kerja mereka demi menciptakan keakraban antara
gereja dan kaum pinggiran, menyuarakan penegakan keadilan ekonomi, sosial,
hukum, pembelaan, kebenaran dan pembebasan bagi kaum yang lemah.
IV.
Kesimpulan
Yesus datang untuk
menghilangkan pandangan yang salah dari manusia tentang kemiskinan dan
kekayaan. Kekayaan merupakan suatu bahaya sebab orang bisa berpendapat bahwa
dengan kekayaan itu ia mempunyai suatu jaminan bagi kehidupannya. Sikap ini
akan menutup hati manusia terhadap sesamanya yang membutuhkannya. Kemiskinan
adalah lumrah dalam setiap roda kehidupan manusia, namun di dalam kemiskinan
manusia dituntut oleh Allah agar untuk saling mengasihi antar setiap manusia termasuk
antara yang kaya dengan si miskin karena manusia setara di mata Allah.
Melalui kedatangan Yesus,
manusia dilepaskan dari semua kemelaratan, ketidakadilan, kesengsaraan,
kesakitan dan kemiskinan “Ia meninggikan orang-orang yang rendah ; melimpahkan segala
yang baik kepada orang lapar” (Luk. 1:52-53). Oleh karena itu melalui Yesus
dialami kuasa dan kasih Allah bagi semua orang, dan dilaksanakan dengan
pelayanan yang mendahulukan mereka yang miskin dan menderita, yang tidak
berdaya dan memperhatikan orang miskin adalah sikap dan tindakan manusiawi
terhadap sesama. Inilah hakekat pertobatan yang diserukan sebagai pertobatan
religius dan moral. Persaudaraan dimulai dimana jurang antara orang kaya dan
miskin harus dibuang atau dihilangkan.
Keadilan, kepedulian,
keberpihakan merupakan perbuatan-perbuatan nyata sebagai bukti dari adanya iman
kepada Allah. Spiritualitas bertumbuh jika itu semua diwujudnyatakan kepada
kegiatan-kegiatan yang berguna bagi orang lain. Oleh karena itu merupakan suatu
pemahaman yang salah jika orang berpikir bahwa beribadat dengan mengabaikan
praktek keadilan, kepedulian kepada orang lain akan mendatangkan keselamatan.
Artinya bahwa keselamatan yang telah kita peroleh sebagai anugerah dari Tuhan
tidak hanya sebagai annugerah yang pasif tanpa bukti, tetapi keselamatan dan
anugerah itu harus diperlihatkan atau dikonkritkan dalam kehidupan dengan
cara-cara yang telah disebutkan di atas tadi. Ada wujud nyata, ada hasil yang
konkrit dari ibadah yang dilakukan, dengan kata lain bahwa iman tanpa perbuatan
adalah mati, untuk itu kasihilah sesamamu manusia.