Rabu, 26 Maret 2014

Pembenaran


 Dody Try Syahputra Sihombing

                          
                                                            PEMBENARAN
I.                   Pendahuluan
Pada pertemuan-pertemuan sebelumnya, kita telah membahas mengenai manusia, dosa, dan iman, maka pada pertemuan ini akan membahas mengenai Pembenaran, semoga dalam sajian yang akan kita diskusikan bersama ini dapat menambah pengetahuan bagi kita,
II.                Pembahasan
2.1. Pembenaran Oleh Iman, apakah itu ?
Menurut Rm. 8:33,34 kata “membenarkan” menjadi lawan kata “menghukum”. Jikalau demikian, maka yang disebut “membenarkan” adalah tindakan Allah sebagai hakim, yang setelah menghakimi manusia, menjatuhkan putusan, bahwa orang yang dihakimi tadi “benar”, artinya “tidak bersalah”, dan oleh karenanya tidak dihukum. Kata pembenaran adalah kata yang dipakai di bidang kehakiman. Allah membenarkan manusia, artinya: menganggap manusia tidak besalah, adalah sama dengan “Allah mengampuni dosa manusia” atau “Allah mendamaikan manusia dengan diriNya sendiri” atau “Allah menjadikan manusia menjadi anak-anakNya”.[1] Pada masa penciptaan manusia, manusia masih memiliki hubungan baik dengan Allah, namun ketika manusia itu mengatakan “Ya” kepada ular dan berkata tidak kepada “Sabda Allah”, hal inilah yang membuat manusia menjadi berdosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah (bnd. Rom. 3:23). Kita dibenarkan oleh percaya kepada Yesus Kristus, artinya oleh percaya kepada rahmat yang telah diberikan Allah kepada kita dalam kedatangan dan pekerjaan Kristus. Ajaran tentang pembenaran oleh iman ini menegaskan bahwa penyelamatan manusia terletak pada Allah dan semata-mata datang dari Allah.[2] Didalam pembenaran kita dapat membedakan 3 unsur :
1.      Allah bapa yang membenarkan, yaitu: Ia yang menganggap hak Tuhan Yesus Kristus sebagai hak orang percaya.
2.      Kristus yang membenarkan, artinya: Ia juga mencapai segala sesuatu hingga tidak dapat diberikan kepada manusia.
3.      Roh suci membenarkan, yaitu: Ia yang  melanjutkan, mengenakan pembenaran  kepada orang percaya, hingga orang yang dibenarkan merasakan kegirangan.[3]
Pembenaran oleh Iman itu diindikasikan dengan pembaharuan hidup. Keduanya saling menyatu di dalam Kristus yang hadir di dalam iman. Tanpa iman pembenaran tidak dapat dilakukan. Orang yang menerima pembenaran juga hidup di dalam kasih dan pengharapan di dalam persekutuan dengan Kristus. Dalam hal ini terjadilah hubungan secara pribadi secara total dengan Kristus. Pembenaran itu bukanlah milik seseorang, tetapi milik Allah yang dapat diberikan kepada orang yang beriman kepadaNya.[4]
2.2.Hubungan Iman dengan Perbuatan, Janji, Injil, Pendamaian dan Penebusan
2.2.1.      Hubungan Iman dengan Perbuatan
Ketika orang yang dibenarkan hidup dalam Kristus dan berbuat sesuai dengan apa yang diterimanya, maka ia akan menghasilkan buah yang baik. Oleh karena hidup orang Kristen adalah berjuang melawan dosa, maka konsekuensi dari pembenaran yaitu perbuatan baik wajib dipenuhi. Itulah sebabnya Yesus dan para rasul selalu memperingatkan orang Kristen agar menghasilkan perbuatan kasih.[5] Inilah yang dimaksudkan Yakobus ketika dia menuliskan bahwa kita dibenarkan karena-perbuatan-perbuatan kita (Yak. 2:24). Iman yang tidak menghasilkan buah yang baik bukanlah iman yang sejati.[6]


2.2.2.      Hubungan Iman dengan Janji
Istilah “perjanjian” ialah sikap Allah terhadap kita manusia, yaitu sikap yang dinyatakanNya dalam perbuatanNya untuk menghubungkan Diri dengan manusia. Perjanjian Allah berarti bahwa Allah selaku pihak yang memberi mengadakan perjanjianNya dengan manusia selaku pihak yang menerima. Alkitab memperlihatkan kepada kita, bahwa perjanjian Allah timbul dari kasih dan rahmatNya, dan bahwa Perjanjian ini tetap teguh karena kesabaran Allah dan kesetiaanNya. Berita Alkitab tentang Perjanjian Allah mau meyakinkan kita, bahwa Allah di dalam rahmatNya tetap memegang kita serta tetap setia, kendati dosa dan ketidak-taatan kita.[7]
2.2.3.      Hubungan Iman dengan Injil
Injil berisikan ajaran mengenai pengampunan dosa, yang diberikan kepada kita secara gratis, karena Kristus dan melalui iman. Di dalam khotbah Injil, ditunjukkan jalan bagi manusia bagaimana menghindari kutukan yang dijatuhkan kepadanya. Injil menunjukkan anugerah Allah kepada manusia. Pemberitaan Injil ingin membangkitkan kepercayaan dalam manusia melalui mana dia menerima keselamatan.[8]
2.2.4.      Hubungan Iman dengan Pendamaian
.Pendamaian berarti suatu perubahan hubungan dari permusuhan menjadi kerukunan, manusia telah didamaikan dengan Allah (Rm.5:1-11, 2Kor.5:18-21).[9] Menurut Rm. 5:10 pendamaian itu terjadi oleh kematian Kristus, AnakNya, yaitu ketika kita masih seteru Allah. Oleh karena manusia menyeterui Tuhan Allah, maka Tuhan Allah murka terhadap manusia. Hal itu mengakibatkan bahwa hubungan antara Tuhan Allah dan manusia bukanlah hubungan damai, melainkan permusuhan. Akan tetapi di dalam Tuhan Yesus Kristus, Allah telah mendamaikan manusia dosa dengan diriNya sendiri. Kata “mendamaikan” mengandung arti, bahwa karena kematian Kristus ada suasana baru, yang menjiwai hubungan antara Tuhan Allah dan manusia. Hubungan itu bukan berwujud permusuhan lagi, melainkan berwujud suasana damai. Sebab, karena kematian Kristus segala hal yang menggangu hubungan damai telah ditiadakan. Itulah sebabnya maka sekarang manusia diperkenankan menghampiri Tuhan Allah.[10] Salib Yesus bagi Gereja Kristen menjadi tanda besar dari pedamaian antara Allah dan manusia.[11]
2.2.5.      Hubungan Iman dengan Penebusan
Anugerah Allah secara sepihak memberikan penebusan kepada manusia. Penebusan ini disampaikan melalui Yesus Kristus[12] Di dalam Mrk. 10:45, Tuhan Yesus berkata, bahwa Ia datang bukan unuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang (bnd. Mat. 20:28). Di sini Tuhan Yesus memandang diriNya sebagai pengantara yang berdiri di antara Tuhan Allah dan manusia. Sebagai Yang mewakili manusia di hadirat Allah, Kristus menyerahkan nyawaNya sebagai tebusan kepada Tuhan Allah.[13] Tema “penebusan melalui Kristus” berkumandang di seluruh Perjanjian Baru, ibadah Kristen dan teologi Kristen. Ide dasarnya adalah bahwa Allah telah menggenapi penebusan umat manusia yang berdosa melalui kematian Kristus di atas Kayu salib.[14]
2.3. Iman dan Kasih Karunia
Kasih Karunia Allah, seperti dipahami dalam Alkitab, bukanlah  suatu abtraksi, melainkan dikenal melalui karyanya dalam manusia. Inilah kemurahan Allah yang dengannya Ia menarik manusia kepada diriNya dan memenangkan mereka dari kehidupan mereka yang terpusat pada diri mereka sendiri kedalam persekutuan dengan diriNya melalui Yesus Kristus.[15]
III.             Kesimpulan
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa  kejatuhan manusia kedalam dosa yang menyebabkan hubungan antara manusia dan Tuhan Allah menjadi terpisah, karena manusia tidak menuruti Sabda Allah, namun Tuhan Allah masih memberi Kasih setiaNya kepada manusia sehingga dikaruniai iman melalui AnakNya Yesus Kristus, yang menjadi pengantara agar kita memperoleh keselamatan yang telah dijanjikan Allah kepada kita.
IV.              Daftar Pustaka
Becker, Dieter, Pedoman Dogmatika, (Jakarta:BPK-GM, 2009)
Cully, Iris V., Dinamika Pendidikan Kristen, (Jakarta: BPK-GM, 2009)
G.C. Van Niftrik & B.J. Boland, Dogmatika Masa Kini, (Jakarta: BPK-GM, 2008)
Hadiwijono,Harun, Iman Kristen, (Jakarta: BPK-GM, 2010)
Lumbantobing, Darwin, Teologi di Pasar Bebas, (Pematang Siantar: L-SAPA, 2008)
McGrath, Alister E., Sejarah Pemikiran Reformasi, (Jakarta: BPK-GM, 2011)
Robert H. Albers, MALU, Sebuah Perspektif  Iman, (Yogyakarta:Kanisius, 2007)
Ryrie, Charles C., Teologi Dasar 2, (Yogyakarta: ANDI, 2010)
Soedarmo,R.,  Ikhtisar Dogmatika, (Jakarta: BPK-GM,2009)
Veldhuis, Henri, Kutahu yang Kupercaya, (Jakarta: BPK-GM, 2010)



                                                                                                    


[1] Harun Hadiwijono, Iman Kristen, (Jakarta: BPK-GM, 2010), 407
[2] G.C. Van Niftrik & B.J. Boland, Dogmatika Masa Kini, (Jakarta: BPK-GM, 2008) 483-484
[3] R. Soedarmo, Ikhtisar Dogmatika, (Jakarta: BPK-GM,2009), 212
[4] Darwin Lumbantobing, Teologi di Pasar Bebas, (Pematang Siantar: L-SAPA, 2008),247
[5] Darwin Lumbantobing, Teologi di Pasar Bebas, 249-250
[6] Charles C. Ryrie, Teologi Dasar 2, (Yogyakarta: ANDI, 2010), 48
[7] G.C. Van Niftrik & B.J. Boland, Dogmatika Masa Kini, 424-425
[8] Dieter Becker, Pedoman Dogmatika, (Jakarta:BPK-GM, 2009), 32
[9] Charles C. Ryrie, Teologi Dasar 2, 37
[10] Harun Hadiwijono, Iman Kristen, 346-347
[11] Henri Veldhuis, Kutahu yang Kupercaya, (Jakarta: BPK-GM, 2010), 171
[12] Robert H. Albers, MALU, Sebuah Perspektif  Iman, (Yogyakarta:Kanisius, 2007), 35
[13] Harun Hadiwijono, Iman Kristen,349
[14] Alister E. McGrath, Sejarah Pemikiran Reformasi, (Jakarta: BPK-GM, 2011), 111
[15] Iris V. Cully, Dinamika Pendidikan Kristen, (Jakarta: BPK-GM, 2009), 78

Tidak ada komentar:

Posting Komentar