PENGGEMBALAAN PADA ABAD PERTENGAHAN
Zaman
Kegelapan atau Abad Pertengahan (bagian pertama: 451- Abad ke-10
Abad
Pertengahan disebut juga Zaman Kegelapan karena pada periode ini tidak banyak
informasi hal-hal penting terjadi dalam perkembangan sejarah Gereja dan zaman
kegelapan sedikit sekali kaitannya dengan dunia kita yang sekarang ini.[1]
1. Tetap
takut akan Tuhan
2. Tidak
ada kasih kalau tidak ada terang dalam diri.
3. Menyerahkan
secara total hidup kita kepada Allah.
4. Berdiam
dan sabar dalam kemenangan.
5. Tidak
ada dosa yang rahasia, tetapi penglakukan dosa kepada kepala biara dan kepada
Allah.
6. Saling
menghormati sesama.
7. Percaya
dari dalam hati.
8. Tidak
menyalah gunakan kekuasaan.
9. Tetap
ada rasa tenang.
10. Tidak
membuat suara-suara kecil untuk keributan.
11. Bicara
jelas tanpa ragu-ragu.
12. Menjadi
teman dalam suka dan duka.[3]
Bimbingan
pada masa ini disebut dengan “edukative
guiding”. Jemaat dibujuk untuk menginterpretasikan hidup mereka dengan
norma-norma kekristenan. Inilah yang disebut dengan teologi moral. Dan disini Gembala
tidak hanya membimbing tetapi juga mengarahkan jemaat yang bingung dengan
situasi mereka kearah pertobatan. Dalam hal ini gereja memandang mereka sebagai
manusia yang utuh, dan gereja tetap menunggu mereka kembali dengan mengajak dan
mengulurkan tangan.[4]
Pada masa abad
pertengahan Innonsentius Agung meskipun memiliki banyak kesalahan duniawi namun
mengadakan reformasi tujuan agung Kepausannya hal itu di tunjukkan lewat
kotbahnya dari Matius 24:45 yang
berbunyi” Paus haruslah menunjukkan kesetiaan, kebijaksanaan dan semangat penggembalaan,
memberi makan kepada kawanan dombanya melalui teladan pribadi melalui ajaran
dan sakramen dengan hikmad Ilahi dan kesetiaan yang tinggi kepada Iman Rasuli”.
Dan dampaknya adalah benar-benar menyadari arti penggembalaan pejabat gereja.
Sang Gembala harus rajin dalam melaksanakan pemeliharaan pastoralnya agar tidak
ada domba yang sakit dalam kandang yang dapat menularkan penyakit.[5]Keteladanan
seorang pemimpin tidak di pandang dari kepandaiannya atau kekayaan materinya,
tapi kerelaan untuk menderita hidup dalam Tuhan, dan tingkat moralitasnya dan
mampu menjawab tantangaan zamannya dan memahami betul apa itu artinya menjadi
pengikut kristus. Dan keteladanan inilah yang hilang dari tubuh gereja yang
sekarang yang cenderung memamerkan materi.[6]
Pada
periode abad pertengahan ini, banyak muncul sekolah-sekolah teologis,
diantaranya yaitu teologia Sholastik yang ingin menyelaraskan ajaran gereja
dengan filsafat Yunani. Tokoh yang terkemuka dari teologia Sholastik yaitu
Thomas dari Aquino (1225-1227) dengan karya utamanya adalah summa teologiae: iktisar seluruh teologi. Ia mengatakan bahwa
manusia dengan kekuatannya sendiri tidak dapat menghasilkan perbuatannya
yang menjadikan ia benar di hadapan
Allah, maka oleh karena itu Allah semata-mata karena rahmatnya mencurahkan
anugrahnya kepada manusia. Anugrah ini adalah kekuatan adikodrati yang di
salurkan kepada manusia melalui sakramen. Maka dalam situasi ini pelayanan
pastoral berperan dalam menyembuhkan kerohanian dan keselamatan
pribadi-pribadi.😀😀😀😀😀
Pastoral menemukan penyembuhan dalam arti
objektif yaitu melalui sakramen yang merupakan perwujudan dari anugrah. Di
tengah-tengah sosial masyarakat yang
tersusun rapi dalam setiap kondisi, Imam-imam menyalurkan pertobatan
kerohanian yang mereka butuhkan untuk kesehatan spiritual. Babtisan dilakukan
untuk memperbaiki Dosa-dosa pribadi
kepada situasi spiritual yang lebih baik.[7]http://hubungikontak.com😁😁😁😁😁😁
Melihat keadaan pada zaman yang gelap dan penuh kekuatan gelap, serta juga pada
masa itu banyak penyakit (Sakit Kuning, Epilepsy, dan lain-lain) maka praktek Pastoral
adalah bagaimana saya di panggil untuk
menguatkan iman saya sendiri agar cukup kuat menghadapi dunia yang gelap ini,
dunia pada zaman ini yang berbahaya sekali. Suatu hal penting yang perlu Pastor
ingat bahwa kebutuhan orang sakit tidaklah sama ada yang membutuhkan percakapan (karena ia kesepian dan
bimbang), ada pula yang membutuhkan bimbingan
(karena ia sedang mengalami krisis percaya), ada lagi yang membutuhkan penghiburan (karena ia susah dan tidak
melihat jalan keluar).[8]
Anugrah
sakramen tidak hanya di lakukan bagi anggota jemaat yang sakit tetapi juga
memberi jaminan kekuatan untuk pertumbuhan spiritual secara umum yang di
butuhkan untuk kebahagiaan yang kekal. Sakramen perminyakan salah satu bentuk
fungsi peneguhan, bimbingan ke dalam teologia moral penting juga fungsi
perdamaian. Jadi Pastoral sudah berpusat dalam sakramen penyembuhan. Ciri Pastoral
ini ialah sacramental healing. Pada
masa Pransiskus Dominikan ia meletakkan sakramen kedalam tujuh bagian dalam
Gereja Katolik, ketujuh sakramen ini menjadi pusat pastoral dan khususnya dalam
fungsi bimbingan dan perdamaian.[9]
Dan hal yang paling terkenal mengenai
pembaharuan pada masa ini sekitar tahun1279-1292 yaitu John Pecham dari Inggris
Uskup Agung Centibury dimana ia melakukan pembaharuan. Ia menekankan kepada
pejabat gereja tentang tugas rohani dan duniawi mereka. yang mana tugas rohani
nya ialah melakukan sakramen dan jabatan
haruslah di lakukan dengan hikmad dan jika mereka menganggab terlalu bodoh
untuk berkotbah dan menerima pengakuan dosa maka minta bantuan pada biarawan untuk
melakukan tugas-tus ini, penekanan pentingnya berkotbah, imam di intruksikan
agar tidak melayangkan babtisan jika ia mabuk karena tidak akan mampu mengendalikan
tutur katanya, dan menegur orang yang ketidurang dan orang yang mengobrol saat
kebaktian berlangsung. Meskipun banyak hall yang mungkin diperoleh dari
sebagian karya-karya renungan abad pertengahan namun cuman sedikit pengaruhnya
untuk Penggembalaan gereja masa kini. Dan dalam abat pertengahan yang perlu di
garis bawahi mengenai pembaharuan, dimana pembaharuan yang Radikal dalam gereja
yang agak mampu meninggalkan kesan pada generasi-generasi palsu yang tidak
memberi makan domba-dombanya, tetapi mencari keuntungan dari mereka sendiri,
sementara kawanan domma mereka di binasakan oleh Serigala-serigala.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar