Minggu, 14 Januari 2018

Penyembahan menurut Perjanjian Lama

P                       Penyembahan menurut  Perjanjian Lama



Penyembahan dalam Perjanjian Lama merupakan respon atas kasih Tuhan kepada kita. Penyembahan itu sendiri lahir dari pengenalan akan Allah . Pengenalan akan Allah tersebut lahir dari inisiatif Allah itu sendiri yang terlebih dahulu menyatakan diri-Nya kepada manusia lewat Maha Karya penebusan-Nya bagi umat manusia (Ulangan 8:2,11-14). Pengikut jalan Allah itu tidak hanya terlihat dalam hukum Taurat. Mazmur-mazmur juga berulang kali menyebut sifat dan perbuatan Allah dengan cara yang jelas dirancang untuk menanamkan nilai-nilai etis yang sama melalui penggunaannya dalam ibadat. Jelas sekali inilah yang menjadi keinginan Daud dalam Mazmur 25. Mazmur 146:6-9 menunjukkan Allah yang bertindak; Mazmur 75 merupakan doa agar raja melakukan hal yang serupa”.   Pujian dan penyembahan dalam Perjanjian Lama bersifat progresif yang terus berkembang dan berkesinambungan. Ketika Allah menyatakan diri kepada umatNya selalu disesuaikan dengan keadaan serta situasi yang senantiasa berPenyembahan menurut Perjanjian Lamaubah-ubah saat itu. Selain itu pujian dan penyembahan pada masa Perjanjian Lama bersifat liturgikal, yaitu Allah menetapkan suatu tata cara kepada umatNya supaya mereka dapat menghampiri Allah. Salah satu yang merupakan ciri khas liturgikal pujian dan penyembahan yang dilakukan umat Israel adalah berupa kurban.  Sehingga penyembahan dalam Perjanjian Lama tidak dapat terpisahkan dari persembahan atau kurban.
                                         Menurut kajian dalam Perjanjian Lama jelas sekali terlihat bahwa dalam penyembahan, harus ada persembahan. Dalam Keluaran 23:15 dikatakan, : “Janganlah orang menghadap kehadirat-Ku dengan tangan hampa”. Hal ini menekankan bahwa bukti penyembahan kepada Allah adalah persembahan. Hal ini bukan mengatakan bahwa Allah hanya melihat pemberian manusia, namun Allah mau melihat bukti dari kesungguhan manusia itu melalui persembahannya. Bukan banyak atau sedikitnya yang mau dilihat oleh Allah, namun kesungguhan dan ketulusannya. Pada zaman kerajaan (1Raj 8:62, 9:25) dan juga zaman para nabi (Yeremia 17:26, Yehezkiel 40-48) juga sangat terlihat jelas adanya hubungan antara penyembahan dan persembahan atau korban. Penyembahan yang dilakukan umat percaya dalam Perjanjian Lama selalu dilakukan dengan hati tulus dan penuh kerinduan untuk bersekutu dengan Tuhan, menyebabkan mereka semakin menyadari kuasa, kebesaran serta kasih, kesetiaan serta keajaiban Allah sebab Allah bertahtah diatas pujian orang percaya (Maz.22:4).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar